Siswa se-Bali Timur Ikuti Workshop Melukis di Lontar

11 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Siswa SMA yang dihadirkan dari Karangasem, Klungkung dan Bangli, 30 siswa. Peserta membawa media daun lontar, pengrupak (pisau), tinta dari kemiri yang dibakar, bantalan, dan perlengkapan lainnya. Siswa diuji kemampuannya membuat prasi yang merupakan seni lukis tradisional Bali dengan menggambar di daun lontar, menggunakan alat tulis pengrupak, merupakan seni klasik yang disertai hiasan aksara Bali.

Tiga narasumber sebagai pemandu, dua di antaranya dikenal sebagai pemerhati lontar dari Griya Ulon, Banjar Punia, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Ida Bagus Jelantik Purwa dan Ida Bagus Jelantik Parwata. Satu lagi, I Komang Warsa, Kasek SMAN 1 Tembuku, Bangli, sebagai moderator.

Desa Adat Dukuh Penaban diwakili Penyarikan I Nengah Sudana Wiryawan. Siswa yang terlibat ada yang telah terbiasa nyurat aksara Bali di daun lontar ada yang pemula. Meski demikian, tetap dicoba untuk melukis di daun lontar, ternyata hasilnya sebagian besar berbakat bidang prasi.

Sekitar 2 jam, siswa diberikan waktu mengekspresikan bakatnya, kemudian hasilnya dikoreksi dua pemerhati lontar, Ida Bagus Jelantik Purwa dan Ida Bagus Jelantik Parwata.  "Prasi yang ditulis ini, gambar bercerita, tentang Ramayana atau Mahabharata," kata Ida Bagus Jelantik Purwa.

Siswa yang ambil bagian, lanjut Ida Bagus Jelantik Purwa, rata-rata berbakat. Jika diteruskan, akan memiliki banyak karya. Sebab, secara fisik masih kuat, pandangannya tajam, pegangan tangannya kuat, tinggal dibimbing dan diberi arahan lebih optimal. "Jika serius, anak-anak itu, bisa melebihi kemampuan saya, hasil karyanya bernilai tinggi, banyak wisatawan memburunya," tambah penekun lontar sejak tahun 1968 itu.

Penulis di daun lontar yang telah trampil katanya, akan mudah melakukan goresan tebal, tipis, dan trampil dalam mengarsir lukisan, karena telah menguasai segala teknik menulis di daun lontar hingga mampu membuat prasi. Bagi mereka yang serius, membutuhkan waktu belajar minimal 1 tahun.

Siswi kelas X/8 SMAN 1 Amlapura, Ni Kadek Miradianti mengaku telah terbiasa nyurat aksara Bali di daun lontar, sehingga secara teknis tidak ada kendala membuat prasi. "Saya sering ikut lomba, nyurat aksara Bali. Saya belajar sejak SD kelas IV," ujar alumnus SMPN 2 Amlapura itu.

Penyarikan Desa Adat Dukuh Penaban I Nengah Sudana Wiryawan mengaku tak menyangka pesertanya cukup banyak yang datang. "Saya kaget juga, banyak siswa yang datang, awalnya khawatir, tidak ada peserta," ujar Sudana.

Workshop itu katanya ada lanjutannya, yang bertujuan untuk menggali bakat-bakat siswa di bidang prasi. "Nanti kami adakan workshop lagi, di Museum Pustaka Lontar, Jumat (9/5). Prasi itu kan seni melukis di daun lontar, hasil karyanya terlihat klasik, dan terkesan magis," tambah Sudana.7k16-
Read Entire Article