ARTICLE AD BOX
Petani kopi Kintamani, Komang Sukarsana, mengatakan mulai panen dan petik kopi sejak bulan Mei lalu. Petani senang harga biji kopi gelondongan Rp 16.000 per kilogram. "Mudah-mudahan harganya semakin meningkat," ujarnya.
Menurut Komang Sukarsana tanaman kopi Kintamani merupakan tanaman sampingan, bukan tanaman utama. Tanaman utama adalah jeruk. Justru kondisi tersebut menjadikan kopi Kintamani memiliki keistimewaan. "Kopi Kintamani adalah kopi arabica dengan cita rasa jeruk. Ini yang istimewa, dibandingkan dengan di daerah lain," uiarnya.
Itu pula yang mengantarkan kopi Kintamani menjadi kopi yang pertama di Indonesia mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis Unik atau Indikasi Geografis.
Kopi Kintamani juga mendukung dan berperan dalam sektor pariwisata. Tidak hanya cita rasa dan aromanya yang bisa dinikmati di warung-warung, coffee shop, restoran sampai hotel. Namun budidaya dan proses produksinya juga menarik sehingga sering jadi paket wisata. "Ya sering, wisatawan juga banyak yang suka melihat kebun kopi," ungkap Komang Sukarsana.
Sebagai tanaman sampingan, populasi kopi Kintamani per hektare lahan tidak banyak. Jumlahnya antara 500 pohon sampai 600 pohon. "Produksinya tidak bisa disamakan dengan produksi kopi di daerah lain di luar yang tanaman kopi per hektare antara 1.500 - 1.600 pohon," jelas Komang Sukarsana. 7 k17