Harga Ental Naik, ST Dharma Kanti Tetap Kreatif Hadirkan Penjor Bertema 'Tajen Taluh'

3 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Konseptor Penjor, I Made Yoga Setiantara, mengungkapkan tantangan terbesar tahun ini adalah soal anggaran dan pasokan bahan utama. "Harga ental sekarang cukup naik dan barangnya juga langka. Tapi astungkara bisa kami akali. Kami mulai menggarap Penjor ini sejak setelah Hari Raya Kuningan lalu," ujar Yoga.

Menurut lulusan SMK PGRI 3 Denpasar yang kini bekerja di sektor pariwisata dan juga pengusaha dekorasi pernikahan ini, biaya pembuatan Penjor tahun ini melonjak signifikan. “Bajet kami antara Rp10 juta sampai Rp15 juta. Kalau enam bulan lalu, cukup Rp5–10 juta, itu pun masih bersisa. Sekarang karena harga naik, otomatis biaya ikut membengkak,” paparnya.

Untuk keperluan Penjor, ST Dharma Kanti menghabiskan lima gabung ental, di mana satu gabung kini seharga Rp900.000. Artinya, hanya untuk ental saja sudah menghabiskan dana Rp4,5 juta.

Meski demikian, para pemuda tetap berinovasi dengan mengangkat tema yang tidak biasa, yaitu "Tajen Taluh"—terinspirasi dari prosesi adat di Pura Pengerebongan. “Ide ini muncul dari masukan pengelingsir dan pemangku. Kami ingin mencoba mengangkat tema yang belum pernah ada sebelumnya,” jelas Yoga.

Bahkan, ST Dharma Kanti berencana menambahkan sentuhan teknologi berupa mesin penggerak untuk memperkuat pesan dalam Penjor. "Enam bulan lalu kami sempat membuat Penjor dengan teknologi penggerak dan berhasil meraih juara 5 atau harapan dua," ungkapnya.

Yoga berharap kondisi kenaikan harga bahan tidak menghambat kreativitas generasi muda Bali dalam berkesenian, khususnya dalam tradisi Penjor setiap enam bulan sekali. “Semoga kreativitas tidak mati hanya karena harga naik. Kami ingin tetap bisa meyadnya sambil berkreativitas agar berjalan beriringan. Mudah-mudahan tidak ada kenaikan harga yang lebih parah lagi ke depannya,” pungkasnya. *m03

Read Entire Article