Bocah 8 Tahun Meninggal Diduga Kena Rabies

7 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Bocah tersebut mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Umum (RSU) Negara hanya dalam selang beberapa jam dirawat pada Minggu (12/5) malam.

Direktur RSU Negara dr Ni Putu Eka Indrawati saat dikonfirmasi, Kamis (15/5) membenarkan adanya kasus tersebut. Menurutnya, pasien tersebut tiba di rumah sakit pada Minggu (12/5) sekitar pukul 19.45 Wita. Saat dibawa k rumah sakit, pasien sudah dalam kondisi sangat lemah. "Sesuai keterangan keluarga, pasien mengalami penurunan kesadaran selama tiga hari terakhir. Tidak merespon saat diajak berkomunikasi, menunjukkan tanda-tanda hidropobia (takut air), dan tidak bisa tidur selama dua hari," ungkap dr Eka. 

Ia menambahkan, pasien juga menunjukkan gejala khas rabies seperti keluarnya busa dari mulut dan kejang selama perjalanan menuju rumah sakit. Sesuai keterangan pihak keluarga, dua bulan sebelumnya pasien dinyatakan sempat digigit anjing peliharanya di bagian betis kiri. Namun korban yang mengalami gigitan hewan penular rabies (HPR) itu tidak dibawa ke fasilitas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut. Pihak orang tua hanya melakukan pengobatan di rumah karena berpikir putranya hanya mengalami luka rigan. "Anjing yang menggigit juga dinyatakan sudah mati sekitar 2-3 minggu setelah kejadian (kasus gigitan)," ucap dr Eka. 

Sebelum dilarikan ke RSU Negara, pasien dinyatakan sempat mengeluh sakit tenggorokan. Saat itu, pasien diajak berobat ke fasilitas kesehatan swasta, namun kondisinya tidak membaik. Sementara setelah dibawa ke RSU Negara pada Minggu malam lalu, pasien sempat dipindah ke ruang Cempaka. Saat di ruang perawatan itu pasien diketahui semakin gelisah saat diberi minum oleh keluarganya. Tak lama setelah itu, pasien mengalami henti jantung dan henti napas. "Sempat dilakukan resusitasi, namun tidak berhasil. Dinyatakan meninggal sekitar pukul 23.10 Wita," ucap dr Eka. 

Sementara Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) pada Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, drh I Gede Putu Kasthama saat dikonfirmasi terpisah Kamis kemarin, mengatakan prihatin dengan kasus tersebut. Ia pun menyayangkan kasus gigitan HPR yang dialami korban itu tidak dilaporkan ke rabies center. "Kasusnya tidak dilaporkan ke rabies center. Padahal, penanganan dini sangat penting untuk mencegah fatalitas. Walaupun luka hanya sedikit, harusnya langsung diperiksakan ke faskes (fasilitas kesehatan) terdekat," ungkap drh Kasthama. 

Terkait kejadian tersebut, drh Kasthama mengaku telah memerintahkan para dokter hewan di seluruh Jembrana untuk lebih waspada dan bersiaga. Di samping itu, pihaknya mengaku akan berupaya lebih menggencarkan lagi edukasi ataupun penyuluhan  tentang bahaya rabies. "Kami rencanakan kembali kegiatan edukasi dan penyuluhan serentak di sekolah-sekolah. Termasuk vaksinasi emergency di wilayah terdampak," ujar drh Kasthama. 

Menurut Kasthama, sepanjang bulan Januari hingga April 2025 ini, sudah tercatat ada 43 kasus hewan positif rabies di Jembrana. Sementara di bulan Mei ini belum ada kasus baru. Jumlah kasus rabies selama 4 bulan terakhir itu pun hampir mendekati total 54 kasus rabies di sepanjang tahun 2024 lalu. Untuk itu, Kasthama berharap agar semua pihak bisa lebih waspada. Adanya kasus korban meninggal dunia itu pun diharapkan menjadi pengingat pentingnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya rabies dan urgensi penanganan medis ketika mengalami gigitan HPR. 7 ode
Read Entire Article