ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali
Pura Agung Wira Loka Natha yang terletak di Jalan Sriwijaya Raya, Karangmekar, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat merupakan Pura tertua di Provinsi Jawa Barat, yakni berdiri pada tahun 1978 silam. Lokasi pura ini dulunya merupakan lahan terbengkalai dan sering dijadikan tempat pembuangan sampah yang lahannya milik Kodam III/Siliwangi.
Ditemui di sela acara Tirthayatra (perjalanan suci) ke Pura Agung Wira Loka Natha rombongan Prokopim Setda Kota Denpasar dan Forum Wartawan Denpasar (Forward), Jumat (23/5) lalu, Ketua Pengurus Pura Agung Wira Loka Natha Cimahi Letkol (Purn) I Wayan Bawa menjelaskan awal berdirinya pura tersebut merupakan prakarsa dari Pusdik Armed Cimahi Bandung agar memiliki tempat ibadah khusus beragama Hindu di tahun 1978. Saat itu, mereka melihat ada lahan yang terbengkalai dan sering dijadikan tempat pembuangan sampah. Dari situ, anggota Pusdik Armed yang beragama Hindu meminta kepada Kodam III/Siliwangi untuk membuat tempat persembahyangan.
Diceritakan Wayan Bawa, setelah diizinkan menggunakan lahan Kodam, anggota Pusdik Armed saat itu mulai melakukan pembangunan pura sederhana dengan mendirikan Utama Mandala dan Madya Mandala terdiri dari Padmasana, Anglurah dan tugu karang yang diempon sekitar 50 kepala keluarga (KK) dari anggota Kodam III/Siliwangi.
Wayan Bawa mengungkapkan lambat laun dengan bertambahnya jumlah umat pihak Kodam Kembali memberikan satu rumah di sebelah pura untuk dibuat bangunan sosial yang bisa dimanfaatkan sebagai lokasi membuat upakara hingga belajar menari. "Dari situ, umat Hindu terus berkembang dan sampai saat ini seluruh umat di Bandung Barat sudah mencapai 450 KK," jelasnya. Dikatakannya, Pura Agung Wira Loka Natha Cimahi ini awalnya digunakan oleh seluruh umat Hindu di Kawasan Bandung Raya. Namun, karena umat Hindu semakin bertambah dan wilayah yang luas, maka dibangun pura pura lainnya dan Pura Agung Wira Loka Natha ini dijadikan pura tertua di Kawasan Bandung Raya, bahkan di Provinsi Jawa Barat.
Piodalan di pura ini jatuh pada rahina Saniscara Umanis Watugunung bertepatan dengan Hari Raya Suci Saraswati. "Pura ini diresmikan hari Jumat tanggal 14 Juli 1978, sementara ngenteg linggih dilakukan Sabtu 15 Juli 1978 bertepatan Saraswati sehingga mengambil piodalam setiap 6 bulan sekali pas Saraswati," ungkap Wayan Bawa yang asal Kelurahan Pedungan, Denpasar Selatan ini. Wayan Bawa menambahkan proses pembangunan pura ini tidak mudah. Batu yang digunakan saat peletakan batu pertama diambil dari Kawasan Gunung Tangkuban Perahu. Dengan itu setiap piodalan beberapa kali disempatkan untuk mengambil (mendak) tirta di Tangkuban Perahu. "Begitu juga kalau kita melasti, terkadang kami lakukan di Tangkuban Perahu, selain di Pantai Cirebon atau Sukabumi," terangnya.
Setiap piodalan, ada dua Sulinggih yang biasanya muput di Pura Wira Loka Natha, yakni Ida Pedanda Gede Putra Darma Arsa dan Ida Pedanda Gede Putra Pasuruan Watulumbang yang memang memiliki trah Pedanda sebelumnya yang sudah lebar (meninggal). Dijelaskannya untuk mempererat hubungan dengan umat Hindu seluruh Jawa Barat di pura tersebut juga menggelar arisan rutin setiap bulannya. Selain sebagai ajang silaturrahmi arisan tersebut juga menjadi ajang bertukar pikiran, saling memberitahu keadaan sesama umat sehingga bisa saling membantu.

Ketua Pengurus Pura Agung Wira Loka Natha Cimahi, Letkol (Purn) I Wayan Bawa. –MIASA
Dia berharap ke depan, pura yang berada di kawasan Jalan Sriwijaya Raya tersebut bisa dilakukan restorasi. Sebab, ornamen pura sudah mengalami kerusakan cukup parah. Tentunya restorasi yang dilakukan tidak menghilangkan ciri khas yang lama dan mengganti dengan yang baru, namun perbaikan tetap mempertahankan keaslian pura. 7 mis