ARTICLE AD BOX
Setelah melalui serangkaian tahapan selama tiga hari, 16-18 Mei 2025, 10 peserta PPAN 2025 Provinsi Bali mendapat rekomendasi melanjutkan proses seleksi di tingkat nasional.
Mereka terdiri dari 5 peserta putri yang mendaftar program AIYEP (Australia Indonesia Youth Exchange Program) atau program pertukaran pemuda ke Australia, yaitu Ni Made Gita Kusuma Yanti SIP, Ni Putu Ayu Niya Loviyani SPd MPd, Ni Nengah Arika Dewi SS, Ni Luh Amalia Angga Risti SS, dan Putu Wulandari Dyana Putri SPar.
Sementara 5 peserta putra pendaftar program SSEAYP (Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program) atau program pertukaran pemuda ke Jepang yang mendapat rekomendasi adalah I Komang Heryawan Trilaksana SH MH,
Dewa Made Bali Sugiharta SAg, I Komang Doni Kurniawan SIP, I Made Dwi Suyun Yustika SIKom, dan I Made Andipa Yuda Mradangga. Seluruh peserta yang lolos seleksi ke tahap berikutnya tidak dapat menyembunyikan kegembiraan. Ni Nengah Arika Dewi,23, mengatakan ketertarikan dengan isu-isu kesejahteraan sosial menjadi motivasi awal mendaftar PPAN 2025.
"PPAN saya pikir wadah yang tepat untuk saya belajar lebih dalam lagi bagaimana sebenarnya langkah-langkah proaktif yang bisa kita lakukan sebagai generasi muda membantu pemerintah mengatasi masalah-masalah di masyarakat," ujarnya. Pemudi asal Desa Pidpid, Kecamatan Abang, Karangasem ini tergolong generasi muda yang aktif. Alumnus Program Studi Sastra Inggris Universitas Udayana sejak awal mengikuti berbagai macam organisasi, baik di kampus maupun di luar kampus. Dia pun sempat mengikuti ajang Duta Bahasa Provinsi Bali. Arika yang piawai menari ini juga membuka sanggar kecil di desanya.
"Tiga hari ini saya mendapat wawasan baru terkait isu-isu sosial. Saya merasa masih perlu belajar banyak mengenai budaya Bali. Sebagai anak muda harus terus mengingatkan sekitar kita pada budaya yang kita miliki," kata Arika yang setahun terakhir bekerja sebagai guru di Denpasar.
Dia mengaku akan terus memberikan kontribusi untuk masyarakat sekitarnya. Jika nantinya terpilih mewakili Indonesia ke Negeri Kangguru, pengalaman di sana akan menjadi kesempatan belajar bagaimana para pemuda di Australia berkontribusi untuk lingkungannya. "Kalau misalkan tidak terpilih, saya tetap akan melanjutkan sebagai anak muda yang berdampak untuk sekitar. Tempat belajar kan tidak hanya satu, saya tidak akan berhenti untuk mencari wadah untuk berkembang," ujar Arika.
Proses seleksi dilakukan Disdikpora Bali menggandeng Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) Provinsi Bali yang merupakan organisasi alumni PPAN Bali tahun-tahun sebelumnya. Ketua PCMI Provinsi Bali Cokorda Agung Pramanayogi,36, menyampaikan para peserta PPAN merupakan para pemuda yang telah menunjukkan prestasi dan komitmen untuk berkontribusi untuk masyarakat di sekitarnya.
Selama mengikuti proses seleksi para peserta sekaligus mendapat wawasan baru mengenai topik sosial budaya di Bali. Sebagai calon duta Bali dan Indonesia, para peserta seleksi juga memperoleh kesempatan unjuk kebolehan menampilkan kemampuannya dalam bidang seni. Sementara dalam FGD (Focus Group Discussion) mereka dituntut menunjukkan jiwa kepemimpinan. "Dalam FGD kita lihat bagaimana mereka bisa bekerja secara tim, memecahkan permasalahan yang diberikan. Di sana kita tahu bagaimana pola pikir mereka, problem solving-nya bagaimana," kata Cok Pramanayogi.
Menurut Cok Pramanayogi yang terpilih mengikuti pertukaran pemuda ke Jepang tahun 2012 lalu, PPAN menjadi kesempatan mengembangkan perspektif baru. Menurutnya dengan melihat budaya asing secara langsung di negara yang bersangkutan, memberi kesempatan melihat tanah kelahiran dari perspektif yang berbeda. "Kalau kita keluar, kita punya perspektif yang berbeda terhadap kampung halaman kita sendiri, bagaimana sih Bali atau Indonesia dipandang dari luar. Nah, perspektif itulah yang membuat kita bertumbuh juga," kata arsitek ini. Kesepuluh pemuda yang mendapat rekomendasi akan mengikuti seleksi lebih lanjut oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Nantinya, satu orang pemuda akan terpilih mewakili Bali ke tiap-tiap negara tujuan, yakni Australia dan Jepang. PPAN merupakan program tahunan hasil kerja sama Pemerintah Indonesia dengan negara-negara sahabat dan telah diadakan sejak tahun 1973. Program ini memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk lebih mengenal adat istiadat, kesenian, dan budaya di negara tujuan, tukar menukar pengalaman serta melakukan kegiatan bersama di negara lain akan menimbulkan saling pengertian, penghormatan dan toleransi di kalangan generasi muda. Adapun berbagai kegiatan yang akan diikuti pemuda meliputi, kunjungan kenegaraan, kunjungan ke instansi-instansi, focus group discussion (FGD), kesempatan tinggal bersama keluarga angkat dengan tujuan untuk membaur dengan masyarakat lokal di sana, dan pertunjukan budaya antarnegara. 7 adi